Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa
pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan,
terutama remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan
lemak, sehingga mudah untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi makanan
yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing
dan kurus karena beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia,
sukses, dan popular. Remaja dengan gangguan makan memiliki masalah dengan
body imagenya. Artinya mereka sudah mempunyai suatu mind set (
pemikiran yang sudah terpatri di otak ) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka
merasa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini, dan tidak sedap dipandang.
Menurut
pandangan Erikson, seorang remaja berada pada tahap masa krisis
identitas (crisis of identity), hal
ini mendorong remaja untuk mencari jati diri (identitas diri), caranya dengan
mewujudkan keinginannya agar menjadi seseorang individu yang “sempurna”, secara
intelektual, kepribadian, maupun dalam penampilan fisiknya. Untuk dapat tampil
menawan dan menarik hati bagi lawan jenis, maka salah satu upayanya adalah
berusaha memiliki bentuk tubuh yang ideal, misalnya dengan mengatur pola makan.
Namun, seringkali banyak remaja yang dihantui oleh kekhawatiran maupun
kecemasan bahwa ia akan mengalami kegagalan dari usaha tersebut. Dikarenakan
mereka ingin menghindari agar dirinya tidak sampai mengalami kegemukan. Rasa
khawatir yang berlebihan ini, menyebabkan individu melakukan diet atau
pantangan terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Apabila mereka merasa
lapar, dirinya tidak segera makan, namun dibiarkan agar tetap merasa lapar.
Bila ia merasa berhasil bertahan untuk tidak makan, maka ia kana merasa bangga
atau senang bahkan puas. Demikian hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Akan
tetapi, karena ketidak tahuan dirinya tentang pola makan yang baik, sehingga
sampai mengganggu pola pengaturan makannya, akibatnya remaja justru mengalami
gangguan makan (eating disorder),
misalnya anorexia dan bulimia nervosa (Berk, 1993, Papilia
dkk. 1998, Santrock, 199, Rice, 1993, Turner dan Helms, 1995)
Anorexia nervosa (AN) adalah gangguan pola makan
dengan cara membuat dirinya merasa tetap lapar (self-starvation). Biasanya
terjadi pada remaja wanita yang tengan menginjak bangku SMU (sekolah menengah
umum). Adapun tujuan mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki
penampilan fisik yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya. Anoreksia
nervosa yaitu sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap
peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri
pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam
menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta
mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang
melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada
penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga
disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang yang menderita AN disebut
sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali
namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis
kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu.
Bulimia nervosa adalah gangguan pola makan yang
ditandai dengan usaha untuk memuntahkan kembali secara terus-menerus apa yang
telah dimakan sebelumnya. Bulimia nervosa yaitu sebuah kelainan cara makan yang
terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus,
sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk
penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari
75% orang dengan bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang
disebut pembersihan; puasa, serta penggunaan laksatif, enema, diuretik,
penggunaan obat pencahar sehingga dapat merangsang seorang penderita bulimia
untuk memuntahkan makanan yang telah ia makan dan olahraga yang berlebihan juga
merupakan ciri umum.
Dari beberapa pengertian dan latar belakang di atas,
maka kelompok kami tertarik pada kasus remaja yang mengalami gangguan makan
tersebut, sehingga mengangkat topik ini sebagai bahan untuk penyelesaian tugas
psikologi abnormal sekaligus sebagai bahan pengetahuan tambahan bagi kami yang
rata-rata masih dalam fase tahap perkembangan remaja akhir atau lebih tepatnya
dewasa awal.
Dalam makalah ini kami akan
mengupas tuntas perihal gangguan makan yang dialami oleh remaja khususnya
remaja wanita, membahas dengan teori-teori psikologi yang terkait, mengangkat
beberapa kasus serta memaparkan sebuah solusi untuk terapi pada penderita
gangguan makan dan memberikan beberapa simpulan saran yang dapat menambah pengetahuan
bagi kita semua sebagai mahasiswa psikologi yang nantinya akan menjumpai banyak
individu dengan kepribadian unik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua dan
tahu bagaimana cara menangani remaja dengan masalah gangguan makan seperti yang
dijelaskan.
A.
TEORI
Sifat kontinuitas dan diskontinuitas adalah ciri
transisi dari masa anak-anak ke masa remaja. Seperti pada perkembangan
anak-anak, faktor-faktor genetis, biologis, lingkungan, dan pengalaman
berinteraksi dalam perkembangan anak remaja.
Berikut
adalah teori-teori yang terkait dengan topik pembahasan tentang perkembangan
remaja dan gangguan-gangguan pada remaja, khususnya gangguan makan (bullimia dan anorexia nervosa), kami
mengangkat teori perkembangan pada remaja beserta tokoh-tokohnya.
1.
TEORI
UMUM
Teori
Erikson merupakan pandangan terhadap perkembangan identitas yang paling
komprehensif dan provokativ. Identitas versus kebingungan identitas (identity
vs identity confusion) adalah tahap kelima dalam teori siklus kehidupan
Erikson. Selama masa remaja, pandangan-pandangan dunia menjadi penting dan
remaja memasuki suatu penundaan psikologis, suatu kesenjangan antara keamanan
masa anak-anak dan otonomi orang dewasa.
Pakar
Psikologi berkebangsaan Kanada, James Marcia (1966, 1980, 1991) menganalisis
teori perkembangan identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa empat status identitas
atau mode resolusi, nampak dalam teori sebagai berikut :
a. Penyebaran
identitas (identity diffusion) adalah
istilah yang digunakan oleh Marcia untuk menggambarkan remaja yang belum
mengalami krisis, yaitu mereka belum menjajaki pilihan-pilihan yang bermakna
atau membuat komitmen apapun.
b. Pencabutan
identitas (identity foreclosure)
adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk menggambarkan remaja yang telah
membuat suatu komitmen tetapi belummengalami suatu krisis.
c. Penundaan
identitas (identity moratorium)
adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk menggambarkan remaja yang
sedang berada di tengah-tengah krisis, tetapi komitmen mereka tidak ada atau
hanya didefinisikan secara samar.
d. Pencapaian
identitas (identity achievement)
adalah istilah yang digunakan oleh Marcia bagi remaja yang telah mengalami
suatu krisis dan sudah membuat suatu komitmen.
Untuk perkembangan kognitif pada remaja,
menurut Piaget remaja sudah mencapai tahap yang terakhir dalam pandangan tokoh
kognitif yang satu ini, yaitu tahap pemikiran operasional formal. Piaget yakin
bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun.
Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis darpada
pemikiran operasional konkret. Piaget yakin bahwa remaja semakin mampu
menggunakan pemikiran deduktif hipotesis.
Perubahan-perubahan yang mengesankan
dalam kognisi sosial menjadi ciri perkembangan remaja. Remaja mengembangkan
suatu egosentrisme khusus, mulai berpikir tentang kepribadian tidak ubahnya
seperti cara para ahli teori kepribadian berpikir tentang kepribadian, dan
memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang canggih.
Pemikiran remaja bersifat egosentris.
David Elkind (1976) yakni bahwa egosentrisme remaja (adolescent egocentrism) memiliki dua bagian yaitu penonton
khayalan dan dongeng pribadi.
a. Penonton
khayalan (imaginary audience) :
keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya
dengan dirinya sendiri. Contohnya, perilaku mengundang perhatian seperti
keinginan untuk tampil di atas pentas, diperhatikan dan terlihat.
b. Dongeng
pribadi (the personal fable) : bagian
dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa
unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat
mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Contohnya, seorang anak
perempuan remaja menganggap bahwa ibunya tidak mungkin dapat merasakan sakit
yang ia rasakan karena pacarnya memutuskan hubungan dengannya.
Dongeng-dongeng pribadi
sering muncul di dalam buku harian remaja.
2.
TEORI
KHUSUS
Gangguan
Makan
Gangguan makan adalah suatu gangguan
psikologis yang memiliki karakteristik terganggunya pola makan dan cara untuk
mengontrol berat badan. Terdapat dua tipe utama dari gangguan makan yaitu
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.
1. Bulimia Nervosa
a)
Pengertian
Bulimia
nervosa adalah suatu sindrom yang ditandai oleh serangan berulang perilaku
makan berlebih dan preokupasi berlebihan perihal berat badannya, sehingga
pasien menggunakan cara yang sangat ketat untuk mengurangi efek “menggemukkan”
dari makanan (PPDGJ III). Definisi lain dari bulimia nervosa adalah suatu
gangguan makan yang memiliki karakteristik makan berlebihan yang berulang
diikuti oleh pembangkitan keinginan untuk memuntahkannya, diikuti oleh
perhatian yang berlebihan terhadap berat badan dan bentuk tubuh. Sebagian besar
penderita adalah wanita, sangat peduli akan bentuk tubuh dan berat badan dan
termasuk golongan sosial-ekonomi menengah ke atas. Mengeluarkan makanan yang
dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar,
selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat
diuretik.
b)
Faktor
penyebab
1.
Faktor
sosio-kultural
ekanan yang berlebihan
pada wanita muda untuk mencapai standart kurus yang tidak realistis
2.
Faktor
psikologis
a. Diet
yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti
dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik.
b. Ketidakpuasan
pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat
badan yang diinginkan.
c. Merasa
kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet.
d. Kesulitan
berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual.
e. Kebutuhan
psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berfikir secara
dikotomis/ hitam putih.
3.
Faktor
keluarga
a. Keluarga
dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama yaitu
adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun
kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan merek.
b. Dari
perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi
keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari
masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.
4.
Faktor
biologis
a. Ketidakseimbangan
yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter di otak yang mengatur mood
dan nafsu makan.
b. Kemungkinan
pengaruh genetis
5.
Gejala
Bulimia Nervosa
a. Berat
badan biasanya dipertahankan dalam kisaran normal.
b. Perhatian
yang berlebihan terhadap bentuk dan berat tubuh.
c. Episode
makan berlebihan kemudian memuntahkannya dapat menghasilkan komplikasi medis
yang serius.
d. Diet
yang sangat ketat.
e. Olah
raga yang berlebihan untuk mengatasi efek dari makanan yang berlebihan.
2. Anoreksia Nervosa
a)
Pengertian
Anoreksia
Nervosa adalah suatu gangguan yang ditandai oleh penurunan berat badan yang
disengaja, yang dimulai dan/ atau dipertahankan oleh pasien. Anoreksia nervosa
merupakan satu gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra tubuh dan
membatasi jumlah makanan dengan amat ketat.
b)
Faktor
penyebab
1.
Faktor
sosio-kultural
Tekanan yang berlebihan
pada wanita muda untuk mencapai standart kurus yang tidak realistis
2.
Faktor
psikologis
a. Diet
yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang
diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat
bulimik
b. Ketidakpuasan
pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat
badan yang diinginkan
c. Merasa
kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet
d. Kesulitan
berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual
e. Kebutuhan
psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berfikir secara
dikotomis/ hitam putih
3.
Faktor
keluarga
a. Keluarga
dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama yaitu
adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun
kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka.
b. Dari
perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi
keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari
masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.
4.
Faktor
biologis
a. Ketidakseimbangan
yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter di otak yang mengatur mood
dan nafsu makan.
b. Kemungkinan
pengaruh genetis.
5.
Gejala
a. Ketakutan
yang kuat akan bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk.
b. Self-image
yang terdistorsi (merasa dirinya gemuk padahal sebenarnya sangat kurus).
c. Dua
subtipe yang umum: tipe makanan berlebihan lalu mengeluarkannya dan tipe
restriktif.
d. Potensial
untuk menjadi serius, bahkan menimbulkan komplikasi medis yang fatal.
Cara
Penanganan untuk gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa :
Mengingat implikasi psikologi dan medis anoreksia
nervosa yang sulit, suatu rencana pengobatan harus menyeluruh,
termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta
keluarga adalah dianjurkan. Pendekatan perilaku, interpersonal, dan kognitif
pada beberapa kasus medikasi harus dipertimbangkan.
1.
Penanganan
Biomedis
a. Perawatan
dirumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia mencapai berat
badan yang sehat atau pasien bulimia mengatasi siklus makan berlebih lalu
mengeluarkannya dalam kasus dimana terapi rawat jalan telah gagal.
b. Pengobatan
anti depressan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan mengubah
proses kimia pada otak atau untuk melepaskan depresi yang mendasari.
2.
Psikoterapi
a. Psikodinamika
bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologis yang ada.
3.
Terapi
Behavioral Kognitif
a. Untuk
membantu individu dengan gangguan makan mengalahkan pikiran dan keyakinan yang self-defeating
serta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang lebih sehat.
b. Modifikasi
perilaku membantu pasien gangguan makan yang dirawat dirumah sakit untuk
meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku
makan yang tepat.
c. Pemaparan
terhadap pencegahan respon membantu individu bulimia menoleransi memakan
makanan yang menurut mereka dilarang tanpa makan berlebihan dan
mengeluarkannya.
4.
Terapi
keluarga
a. Dapat
digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi diantara
anggota keluarga.
5.
Perawatan
setelah biomedis
a. Gabungan
psikoterapi individu dan keluarga
b. Menggunakan
pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien yang terobsesi menjadi
kurus, kepercayaan diri yang rendah, dan dichotomous thinking, seperti
gendut lawan kurus, benar lawan salah, otonomi lawan independent.
c. Farmakoterapi,
banyak diberikan oleh physician jika pasien telah mengalami perbaikan setelah 6
bulan, setelah pasien di rawat.
B.
CONTOH
KASUS
Sari mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di
Jakarta. Usia 22 tahun, Sari bingung dengan kebiasaan yang Sari lakukan tiga tahun
belakangan ini. Sejak Sari usia 19 tahun dia merasa badannya terlalu gemuk dan
makan terlalu banyak. Pada mulanya Sari mengikuti kontes "ratu-ratuan"
di kampus, pada saat itu Sari tidak masuk nominasi. Teman-teman mengatakan
bahwa Sari terlalu gemuk untuk menang, biarpun wajah dan postur tubuh Sari
cukup mendukung. Semenjak itu kebiasaan makan Sari berubah. Sari makan sedikit
sekali untuk mencapai berat badan ideal, bahkan sesekali saya tidak makan sama
sekali seharian. Kebiasaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Teman-teman
mengatakan bahwa Sari sudah kurus, tetapi tetap saja Sari tidak yakin dan masih
terus mengurangi makan. Selama ini keadaan Sari terlihat baik-baik saja, tidak
seorangpun mengetahui ketakutan Sari akan kegemukan. Orang tua Sari tidak mengetahui,
karena selama kuliah Sari kost, dan pulang ke rumah seminggu sekali.
Kekhawatiran Sari mulai timbul setelah selama dua bulan ini Sari tidak datang
bulan, padahal Sari masih sendiri. Selain itu badan Sari terasa sangat lemas
dan sudah beberapa hari tidak bisa buang air besar. Padahal sebelumnya bila
tidak bisa buang air Sari biasa memakan obat pencahar agar bisa buang air
besar. Tetapi sekarang biar sudah memakan obat pencahar tetap saja sulit. Sari ingin
menanyakan sebenarnya dia ini kenapa, dan bagaimana mengatasinya. Sari berusaha
meyakinkan diri bahwa Sari sehat, tetapi terasa ada yang salah dengan dirinya.
Sari sering mendapat saran dari teman untuk tidak menurunkan berat badan lagi
karena sudah sangat kurus. Tetapi setiap kali Sari makan, Sari berfikir dia
akan gemuk dan itu sangat menakutkan bagi dirinya. Apa yang harus Sari lakukan?
C.
PEMBAHASAN
Dari kasus yang ada diatas, Sari mengalami
anoreksia. Orang yang mengalami anoreksia atau lengkapnya anoreksia nervousa
sangat ketakutan berat badannya berlebihan. Orang tersebut akan makan dalam
jumlah sangat sedikit dan berolah raga secara berlebihan untuk menjaga tubuhnya
agar tetap ideal. Biasanya penderita anoreksia nervousa mengalami tanda-tanda
sebagai berikut:
1. Menolak
untuk mempertahankan berat badan dan cenderung selalu ingin tampil lebih kurus.
2. Selalu
takut berat badannya semakin naik, padahal dalam kenyataan berat badannya semakin
kurus saja.
3. Berhenti
menstruasi tiga bulan berturut-turut atau lebih padahal dalam kondisi tidak
hamil.
4. Biasanya
anoreksia diderita oleh remaja, namun dalam beberap kasus dijumpai pula pada
anak usia 5 tahun dan ada pula pada usia lanjut yang berusia 60 tahunan.
Gejala anoreksia dapat bermacam-macam
tergantung pada penderitannya. Penyakit ini dapat hilang-timbul, tiba-tiba
membaik tetapi dapat muncul lebih buruk secara tiba-tiba pada penderita, bahkan
semakin buruk tanpa ada kemungkinan membaik sama sekali.
Sistem penggolongan Multiaksial dari DSM-IV-TR
Axis
I : sari mengkonsumsi obat pencahar
untuk melancarkan pencernaan
Axis
II : sari mengalami kecemasan yang
berlebihan terhadap berat badan
Axis
III : -
Axis
IV : sari mengalami konflik dengan teman
sebaya
Axis
V : 51-60
Penderita anoreksia beranggapan bahwa kulit dan
daging tubuhnya sebagai lemak yang harus dilenyapkan. Dengan tidak adanya lemak
ditubuh penderita, menyebabkan kegiatan duduk dan berbaring merupakan kegiatan
yang tidak nyaman (karena terlalu kurus), penderita biasanya juga sulit untuk
tidur. Selanjutnya penderita berangsur-angsur menarik diri dari teman dan
keluarganya, ia lebih senang menyendiri. Penderita anoreksia seringkali
mengalami penurunan tekanan darah, napas melemah, pada wanita dewasa menstruasi
terhenti, pada anak wanita yang beranjak dewasa mungkin tidak akan mulai
mengalami menstruasi sama sekali, kelenjar tiroid yang mengatur pertumbuhan
berangsur-angsur menghilang. Kulit menjadi kering, rambut dan kuku menjadi rapuh
dan mudah patah.
Seiring itu penderita sering mengeluh
pusing (karena kerja kontraksi periodik dinding lambung dan gerakan menggiling
makanan di usus terus terjadi dan bila terjadi berlarut dapat menyebabkan tukak
lambung dan radang usus), kedinginan yang disebabkan hilangnya lemak tubuh,
susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak
adanya makanan yang cukup), lemas (energi yang dihasilkan dari makanan), dan
terjadi pembengkakan sendi. Scara alamiah pada saat itu juga banyak rambut
tumbuh di permukaan tubuh termasuk di muka dan dengan perubahan kimia yang
demikin dahsyat menyebabkan penderita mudah terserang sakit jantung.
Penderita seharusnya segera ditangani,
bila sudah berlarut-larut lebih sulit untuk pulih dengan segera. Walau kondisi
badan anda di cermin sudah demikian kurus tetap saja pikiran mengatakan bahwa
masih gemuk. Hal ini memang cukup sulit untuk dipulihkan, apalagi hal ini telah
terjadi dalam jangka waktu yang sudah cukup lama. Banyak penderita anoreksia yang
dirawat dirumah sakit dalam kondisi yang sangat menyedihkan tubuhnya hanya
tulang dibalut kulit, tetapi tetap saja ia merasa gemuk.
Dalam menangani permasalahan ini
keluarga harus aktif membantu penderita agar penderita dapat pulih. Bantuan
psikolog dan ahli gizi sangat diperlukan. Langkah awal yang harus Sari lakukan
adalah mengkomunikasikan permasalahan yang dihadapi pada orang tua. Untuk
sementara jangan tinggal dikost sampai kondisi pulih seperti semula. Sebaiknya
perawatan/terapi dilakukan secara intensif dan dapat dilakukan di rumah, kurang
lebih dalam waktu setahun. Tetapi bila kondisi sangat payah maka harus rawat
inap di rumah sakit.
Pada langkah awal Sari harus menyadari bahwa kondisi
tubuh sekarang ini sangat kurus dan yakinkan diri untuk menghilangkan perasaan
takut gemuk dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri. Perhatikan tubuh di
depan cermin, sadari benar bahwa tubuhmu memang sangat kurus. Keyakinan diri
ini akan lebih kuat bila dibantu ahli permasalahan ini yaitu dokter atau
psikolog. Segeralah beritahu keluarga dengan terus terang, agar mereka
mendukung dan memberi support untuk dapat pulih seperti sedia kala.
Konsultasikan secara berkala dengan psikolog, dan sangat disarankan untuk
berkonsultasi juga dengan ahli gizi.
Bantuan ahli gizi sangat penting, mengigat kondisi
Sari saat ini yang bisa dibilang cukup memprihatinkan. Ahli gizi tahu benar
seberapa besar asupan yang dibutuhkann oleh penderita untuk dapat segera pulih
kondisi kesehatannya. Langkah awal yang harus segera Sari lakukan adalah
sesegera mungkin meminta bantuan dokter/psikolog.
D.
KESIMPULAN
Anoreksia
dan Bullimia nervosa adalah suatu bentuk ketakutan yang kuat
mengalami kenaikan berat badan atau menolak untuk mempertahankan berat badan
pada atau diatas berat badan normal minimal menurut usia dan tinggi badan, dan
mengalami gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri.
Sehingga menimbulkan bermacam komplikasi yang serius bahkan dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu penderita anoreksia dan bullimia nervosa membutuhkan
pengobatan medis dan psikis yang menyeluruh, yaitu perawatan di rumah sakit
jika diperlukan, terapi individual serta keluarga.
E.
SARAN
Dari penjelasan makalah mengenai segala aspek
tentang gangguan makan khususnya bulimia nervosa dan anoreksia nervosa yang
dilengkapi dengan contoh kasus beserta penanganannya, kami memberikan beberapa
saran yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi gangguan makan yang
terjadi khususnya pada remaja, antara lain:
a. Tingkatkan
rasa percaya diri. Seseorang yang memiliki percaya diri tinggi akan menerima
apa yang ada dalam diri mereka baik dari segi penampilan maupun postur tubuh.
b. Bersikap
realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan media tentang bentuk
dan berat badan ideal karena dapat menurunkan rasa percaya diri.
c. Tingkatkan
dinamika lingkungan. Usahakan tetap terjalin komunikasi yang baik diantara
keluarga dan teman. Apabila terjadi masalah segera ceritakan kepada orang
terdekat.
d. Rajin
berkonsultasi pada dokter dan ahli gizi.