Sabtu, 07 Januari 2012

DEPRESI


TEORI
Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003), ciri-ciri umum dari depresi adalah:
A. Perubahan pada Kondisi Emosional. Ciri-ciri perubahan pada kondisi emosional dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram)
2) Penuh air mata atau menangis
3) Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan kesabaran
B. Perubahan dalam Motivasi. Ciri-ciri pada perubahan dalam motivasi dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial
3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan
4) Menurunnya minat pada seks
5) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward
C. Perubahan dalam Fungsi dan Perilaku Motorik. Ciri-ciri perubahan fungsi dan perilaku motorik dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya
2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di bagi buta
3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit)
4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan)
5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di sekolah
D. Perubahan Kognitif. Ciri-ciri pada perubahan kognitif dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Kesulitan berkonsentransi atau berpikir jernih
2) Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan
3) Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu
4) Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat
5) Berpikir akan kematian atau bunuh diri
Lumongga (2009) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.
a. Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara fisik besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti:
1) Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit todur
2) Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.
3) Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energipada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, dan merokok terus-menerus
4) Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bias menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula.
5) Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka.
b. Gejala Psikis
Gejala-gejala psikis memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri.
2) Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri.
3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka sukai.
4) Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
5) Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
c. Gejala Sosial
Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
Subjek mengalami depresi karena mengalami tekanan yang cukup kompleks. Menurut Atkinson (dalam Lumongga, 2009) depresi adalah suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan melalui suatu kegiatan, tak mampu konsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri.
Kepribadian subjek juga sangat mempengaruhi kasus ini. Dalam teori Eysenck mengenai kepribadian psikotisme, ekstraversi, dan neurotisme dapat memiliki penyebab maupun konsekuensi. Penyebabnya bisa bersifat genetic biologis, sementara konsekuensinya mencakup variable-variabel eksperimental seperti pengalaman pengkodisian, kepekaan dan memori selain juga perilaku sosial seperti kriminalitas, kreativitas, psikopatologis, dan perilaku seksual.(dalam theories of personality).
Dalam hal ini kepribadian ekstrovert subjek muncul akibat lingkungan dan genetis dari orang tuanya yang tampak tidak memunculkan emosi yang berlebih. Ekstraversi adalah produk dari tingkatan stimulasi kulit otak yang rendah. Karena itu, pribadi introvert jika dibanding pribadi ekstrover mestinya lebih sensitive terhadap beragam stimuli dan kondisi belajar.
KASUS
Subjek dengan inisial ‘I’ adalah seorang gadis berusia 18 tahun. Dia anak kedua dari dua bersaudara. Dia merupakan gadis pendiam dan sangat tertutup. Selama ini dia tinggal di pondok pesantren, namun setelah lulus SMA, dia kembali tinggal bersama orang tuanya. Kakaknya seorang perempuan yang sudah berkeluarga dan memiliki 1 orang anak. Subjek  mengalami kehamilan di luar nikah akibat diperkosa oleh kakak iparnya. Kejadian ini membuat keadaan psikologis subjek menjadi sangat memprihatinkan. Dia semakin menjadi gadis yang sangat pendiam. Dia mengalami depresi akibat peristiwa tersebut, meskipun lingkungan keluarga dan tetangga memahami apa yang dialami oleh subjek adalah suatu musibah, tetapi subjek tetap mengurung dan menarik diri dari pergaulan baik di lingkungan keluarga maupun tetangganya. Saat usia kehamilannya masih muda, janin tersebut gugur. Entah karena aborsi atau karena mengalami keguguran secara tidak sengaja. Subjek semakin mengalami depresi berat saat mengetahui janin tersebut telah gugur. Subjek sering linglung, semakin pendiam, sering murung dan mengalami kehilangan kesadaran. Subjek juga pernah benar-benar kehilangan kesadaran hingga tidak mengenakan pakaian dan berjalan jauh dari rumahnya. Dia tidak mempunyai nafsu makan seperti saat dia belum mengalami peristiwa tersebut. Dia lebih banyak mengurung diri. Meskipun keadaannya bisa dibilang sangat memprihatinkan, tetapi subjek masih ingat untuk melaksanakan shalat 5 waktu sesuai kewajiban setiap muslim. Hanya itulah satu-satunya kegiatan yang masih dilakukan subjek saat keadaan jiwa dan pikirannya sadar.

Tambahan pembahasan
Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan meningkatkan resiko berkembangnya gangguan mood atau kambuhnya gangguan mood, terutama depresi mayor. Dalam sebuah penelitian, kebanyakan depresi mayor diawali oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Orang juga cenderung menjadi depresi bila mereka menanggung sendiri tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah sekolah, kesulitan keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan, masalah interpersonal, dan masalah dengan hukum.
Dalam kasus yang dialami oleh subjek “I”, ia mengalami peristiwa yang menyakitkan dan membuatnya sangat tertekan. Subjek mengalami hamil diluar nikah. Sekalipun keluarga dan tetangga memahami apa yang dialaminya sebagai suatu musibah, namun karena kepribadian subjek yang dari awal pendiam, tertutup dan cenderung menyendiri, dia merasa tidak bisa membagi apa yang dirasakan batinnya dengan siapapun, sekalipun orang tuanya.
Terdapat beberapa factor penyebab depresi muncul dalam diri seorang individu. Diantaranya, `factor genetis, pengalaman hidup, kehilangan hubungan yang bermakna, dan kebiasaan kognitif. Factor yang terlihat dalam diri subjek “I” sehingga menyebabkan dia mengalami depresi adalah factor pengalaman hidup dan kebiasaan kognitif. Pengalaman hidupnya yang mengalami pemerkosaan oleh anggota keluarganya sendiri membuatnya sangat tertekan sehingga muncul gangguan pada moodnya dan dia mengalami depresi, kekerasan seksual yang dia alami sangat berbeda dengan kehidupannya sebelumnya yang sangat religious di lingkungan pondok pesantren. Sementara itu factor kognitif dalam diri individu yang memicu munculnya depresi yaitu, “perenung”. Subjek memiliki kepribadian yang cenderung pendiam, tertutup dan sangat religi. Sifat pendiamnya tersebut membuatnya menjadi seorang remaja yang cenderung perenung, yakni kebiasaan buruk kognitif yang paling kuat, dimana seseorang akan merenungkan segala sesuatu yang salah dengan hidupnya, duduk sendirian dan berpikir mengenai betapa dirinya tidak termotivasi untuk melakukan apapun, dan meyakini bahwa tidak ada dan tidak akan ada seorang pun yang mencintai dirinya. Orang-orang yang memiliki gaya kognitif perenungan lebih tinggi memunculkan rasa putus asa dalam dirinya, dan lebih besar resikonya mengalami depresi mayor.
Subjek merasa bahwa apa yang dia alami merupakan musibah berat dalam hidupnya. Sehingga, sebesar apapun perhatian orang tuanya, tidak berpengaruh besar terhadap depresi yang dialaminya. Karena subjek merasa putus asa dengan keadaan dirinya saat itu.
Untuk kasus yang dialami subjek “I”, menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition) dia mengalami gangguan depresi berat (Mayor depressive disorder).dalam diri subjek didapatkan 5 atau lebih simptom depresi selama 2 minggu. Kriteria tersebut adalah: suasana perasaan depresif hampir sepanjang hari yang diakui sendiri oleh subjek ataupun observasi orang lain, kehilangan interest atau perasaan senang yang sangat signifikan dalam menjalani sebagian besar aktivitas sehari-hari, berat badan turun secara siginifkan tanpa ada progran diet atau justru ada kenaikan berat badan yang drastis, insomnia atau hipersomnia berkelanjutan, agitasi atau retadasi psikomotorik, letih atau kehilangan energi, perasaan tak berharga atau perasaan bersalah yang eksesif, kemampuan berpikir atau konsentrasi yang menurun, pikiran-pikiran mengenai mati, bunuh diri, atau usaha bunuh diri yang muncul berulang kali, distres dan hendaya yang signifikan secara klinis, tidak berhubugan dengan belasungkawa karena kehilangan seseorang.

Penanganannya:
BDI merupakan behavioral assessment dalam bentuk self report reting inventory yang mengukur kriteria sikap dan simtom-simtom depresi. Alat tes ini terdiri dari 21 pertanyaan pilihan ganda yang fokus pada perasaan sedih, rasa bersalah, harga diri, dan rasa pesimis. Isi dari alat ukur ini merupakan gambaran 6 karakteristik depresi dari 9 karakteristik yang dibutuhkan dalam DSM IV (Groth-Marnat, 1997).


Daftar pustaka
typecat.com/pdf/jurnal-depresi-pada-remaja.html
Wade, Carol., Tavris, Carol. 2007. Psikologi: edisi kesembilan jilid 2. Jakarta: Erlangga