Kamis, 27 Oktober 2011

GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA


Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan, terutama remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak, sehingga mudah untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi  makanan yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing  dan kurus karena beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses, dan popular.  Remaja dengan gangguan makan memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya mereka sudah mempunyai suatu mind set ( pemikiran yang sudah terpatri di otak ) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini, dan tidak sedap dipandang.
Menurut  pandangan Erikson, seorang remaja berada pada tahap masa krisis identitas (crisis of identity), hal ini mendorong remaja untuk mencari jati diri (identitas diri), caranya dengan mewujudkan keinginannya agar menjadi seseorang individu yang “sempurna”, secara intelektual, kepribadian, maupun dalam penampilan fisiknya. Untuk dapat tampil menawan dan menarik hati bagi lawan jenis, maka salah satu upayanya adalah berusaha memiliki bentuk tubuh yang ideal, misalnya dengan mengatur pola makan. Namun, seringkali banyak remaja yang dihantui oleh kekhawatiran maupun kecemasan bahwa ia akan mengalami kegagalan dari usaha tersebut. Dikarenakan mereka ingin menghindari agar dirinya tidak sampai mengalami kegemukan. Rasa khawatir yang berlebihan ini, menyebabkan individu melakukan diet atau pantangan terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Apabila mereka merasa lapar, dirinya tidak segera makan, namun dibiarkan agar tetap merasa lapar. Bila ia merasa berhasil bertahan untuk tidak makan, maka ia kana merasa bangga atau senang bahkan puas. Demikian hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Akan tetapi, karena ketidak tahuan dirinya tentang pola makan yang baik, sehingga sampai mengganggu pola pengaturan makannya, akibatnya remaja justru mengalami gangguan makan (eating disorder), misalnya anorexia dan bulimia nervosa (Berk, 1993, Papilia dkk. 1998, Santrock, 199, Rice, 1993, Turner dan Helms, 1995)
Anorexia nervosa (AN) adalah gangguan pola makan dengan cara membuat dirinya merasa tetap lapar (self-starvation). Biasanya terjadi pada remaja wanita yang tengan menginjak bangku SMU (sekolah menengah umum). Adapun tujuan mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan fisik yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya. Anoreksia nervosa yaitu sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu.
Bulimia nervosa adalah gangguan pola makan yang ditandai dengan usaha untuk memuntahkan kembali secara terus-menerus apa yang telah dimakan sebelumnya. Bulimia nervosa yaitu sebuah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus, sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan oleh lebih dari 75% orang dengan bulimia nervosa adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta penggunaan laksatif, enema, diuretik, penggunaan obat pencahar sehingga dapat merangsang seorang penderita bulimia untuk memuntahkan makanan yang telah ia makan dan olahraga yang berlebihan juga merupakan ciri umum.
Dari beberapa pengertian dan latar belakang di atas, maka kelompok kami tertarik pada kasus remaja yang mengalami gangguan makan tersebut, sehingga mengangkat topik ini sebagai bahan untuk penyelesaian tugas psikologi abnormal sekaligus sebagai bahan pengetahuan tambahan bagi kami yang rata-rata masih dalam fase tahap perkembangan remaja akhir atau lebih tepatnya dewasa awal.
Dalam makalah ini kami akan mengupas tuntas perihal gangguan makan yang dialami oleh remaja khususnya remaja wanita, membahas dengan teori-teori psikologi yang terkait, mengangkat beberapa kasus serta memaparkan sebuah solusi untuk terapi pada penderita gangguan makan dan memberikan beberapa simpulan saran yang dapat menambah pengetahuan bagi kita semua sebagai mahasiswa psikologi yang nantinya akan menjumpai banyak individu dengan kepribadian unik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua dan tahu bagaimana cara menangani remaja dengan masalah gangguan makan seperti yang dijelaskan.

A.    TEORI
Sifat kontinuitas dan diskontinuitas adalah ciri transisi dari masa anak-anak ke masa remaja. Seperti pada perkembangan anak-anak, faktor-faktor genetis, biologis, lingkungan, dan pengalaman berinteraksi dalam perkembangan anak remaja.
Berikut adalah teori-teori yang terkait dengan topik pembahasan tentang perkembangan remaja dan gangguan-gangguan pada remaja, khususnya gangguan makan (bullimia dan anorexia nervosa), kami mengangkat teori perkembangan pada remaja beserta tokoh-tokohnya.

1.     TEORI UMUM
Teori Erikson merupakan pandangan terhadap perkembangan identitas yang paling komprehensif dan provokativ. Identitas versus kebingungan identitas (identity vs identity confusion) adalah tahap kelima dalam teori siklus kehidupan Erikson. Selama masa remaja, pandangan-pandangan dunia menjadi penting dan remaja memasuki suatu penundaan psikologis, suatu kesenjangan antara keamanan masa anak-anak dan otonomi orang dewasa.
Pakar Psikologi berkebangsaan Kanada, James Marcia (1966, 1980, 1991) menganalisis teori perkembangan identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa empat status identitas atau mode resolusi, nampak dalam teori sebagai berikut :
a.       Penyebaran identitas (identity diffusion) adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk menggambarkan remaja yang belum mengalami krisis, yaitu mereka belum menjajaki pilihan-pilihan yang bermakna atau membuat komitmen apapun.
b.      Pencabutan identitas (identity foreclosure) adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk menggambarkan remaja yang telah membuat suatu komitmen tetapi belummengalami suatu krisis.
c.       Penundaan identitas (identity moratorium) adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk menggambarkan remaja yang sedang berada di tengah-tengah krisis, tetapi komitmen mereka tidak ada atau hanya didefinisikan secara samar.
d.      Pencapaian identitas (identity achievement) adalah istilah yang digunakan oleh Marcia bagi remaja yang telah mengalami suatu krisis dan sudah membuat suatu komitmen.
Untuk perkembangan kognitif pada remaja, menurut Piaget remaja sudah mencapai tahap yang terakhir dalam pandangan tokoh kognitif yang satu ini, yaitu tahap pemikiran operasional formal. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis darpada pemikiran operasional konkret. Piaget yakin bahwa remaja semakin mampu menggunakan pemikiran deduktif hipotesis.
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial menjadi ciri perkembangan remaja. Remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, mulai berpikir tentang kepribadian tidak ubahnya seperti cara para ahli teori kepribadian berpikir tentang kepribadian, dan memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang canggih.
Pemikiran remaja bersifat egosentris. David Elkind (1976) yakni bahwa egosentrisme remaja (adolescent egocentrism) memiliki dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi.
a.       Penonton khayalan (imaginary audience) : keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Contohnya, perilaku mengundang perhatian seperti keinginan untuk tampil di atas pentas, diperhatikan dan terlihat.
b.      Dongeng pribadi (the personal fable) : bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Contohnya, seorang anak perempuan remaja menganggap bahwa ibunya tidak mungkin dapat merasakan sakit yang ia rasakan karena pacarnya memutuskan hubungan dengannya.
Dongeng-dongeng pribadi sering muncul di dalam buku harian remaja.

2.     TEORI KHUSUS
Gangguan Makan
Gangguan makan adalah suatu gangguan psikologis yang memiliki karakteristik terganggunya pola makan dan cara untuk mengontrol berat badan. Terdapat dua tipe utama dari gangguan makan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.
1.      Bulimia Nervosa
a)      Pengertian
Bulimia nervosa adalah suatu sindrom yang ditandai oleh serangan berulang perilaku makan berlebih dan preokupasi berlebihan perihal berat badannya, sehingga pasien menggunakan cara yang sangat ketat untuk mengurangi efek “menggemukkan” dari makanan (PPDGJ III). Definisi lain dari bulimia nervosa adalah suatu gangguan makan yang memiliki karakteristik makan berlebihan yang berulang diikuti oleh pembangkitan keinginan untuk memuntahkannya, diikuti oleh perhatian yang berlebihan terhadap berat badan dan bentuk tubuh. Sebagian besar penderita adalah wanita, sangat peduli akan bentuk tubuh dan berat badan dan termasuk golongan sosial-ekonomi menengah ke atas. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.
b)     Faktor penyebab
1.      Faktor sosio-kultural
ekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standart kurus yang tidak realistis
2.      Faktor psikologis
a.       Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik.
b.      Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan.
c.       Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet.
d.      Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual.
e.       Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berfikir secara dikotomis/ hitam putih.
3.      Faktor keluarga
a.       Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan merek.
b.      Dari perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.
4.      Faktor biologis
a.       Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan.
b.      Kemungkinan pengaruh genetis
5.      Gejala Bulimia Nervosa
a.       Berat badan biasanya dipertahankan dalam kisaran normal.
b.      Perhatian yang berlebihan terhadap bentuk dan berat tubuh.
c.       Episode makan berlebihan kemudian memuntahkannya dapat menghasilkan komplikasi medis yang serius.
d.      Diet yang sangat ketat.
e.       Olah raga yang berlebihan untuk mengatasi efek dari makanan yang berlebihan.

2.   Anoreksia Nervosa
a)      Pengertian
Anoreksia Nervosa adalah suatu gangguan yang ditandai oleh penurunan berat badan yang disengaja, yang dimulai dan/ atau dipertahankan oleh pasien. Anoreksia nervosa merupakan satu gangguan makan yang ditandai oleh gangguan citra tubuh dan membatasi jumlah makanan dengan amat ketat.
b)     Faktor penyebab
1.      Faktor sosio-kultural
Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standart kurus yang tidak realistis
2.      Faktor psikologis
a.       Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik
b.      Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan
c.       Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet
d.      Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual
e.       Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan kecenderungan untuk berfikir secara dikotomis/ hitam putih
3.      Faktor keluarga
a.       Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka.
b.      Dari perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.
4.      Faktor biologis
a.       Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistim neurotransmitter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan.
b.      Kemungkinan pengaruh genetis.

5.      Gejala
a.       Ketakutan yang kuat akan bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk.
b.      Self-image yang terdistorsi (merasa dirinya gemuk padahal sebenarnya sangat kurus).
c.       Dua subtipe yang umum: tipe makanan berlebihan lalu mengeluarkannya dan tipe restriktif.
d.      Potensial untuk menjadi serius, bahkan menimbulkan komplikasi medis yang fatal.
Cara Penanganan untuk gangguan makan anoreksia dan bulimia nervosa :
Mengingat implikasi psikologi dan medis anoreksia nervosa yang sulit, suatu rencana pengobatan harus  menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta keluarga adalah dianjurkan. Pendekatan perilaku, interpersonal, dan kognitif pada beberapa kasus medikasi harus dipertimbangkan.
1.       Penanganan Biomedis
a.       Perawatan dirumah sakit mungkin diperlukan untuk membantu pasien anoreksia mencapai berat badan yang sehat atau pasien bulimia mengatasi siklus makan berlebih lalu mengeluarkannya dalam kasus dimana terapi rawat jalan telah gagal.
b.      Pengobatan anti depressan dapat digunakan untuk mengatur nafsu makan dengan mengubah proses kimia pada otak atau untuk melepaskan depresi yang mendasari.
2.      Psikoterapi
a.       Psikodinamika bertujuan untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologis yang ada.

3.      Terapi Behavioral Kognitif
a.       Untuk membantu individu dengan gangguan makan mengalahkan pikiran dan keyakinan yang self-defeating serta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang lebih sehat.
b.      Modifikasi perilaku membantu pasien gangguan makan yang dirawat dirumah sakit untuk meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat.
c.       Pemaparan terhadap pencegahan respon membantu individu bulimia menoleransi memakan makanan yang menurut mereka dilarang tanpa makan berlebihan dan mengeluarkannya.
4.      Terapi keluarga
a.       Dapat digunakan untuk mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi diantara anggota keluarga.
5.      Perawatan setelah biomedis
a.       Gabungan psikoterapi individu dan keluarga
b.      Menggunakan pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien yang terobsesi menjadi kurus, kepercayaan diri yang rendah, dan dichotomous thinking, seperti gendut lawan kurus, benar lawan salah, otonomi lawan independent.
c.       Farmakoterapi, banyak diberikan oleh physician jika pasien telah mengalami perbaikan setelah 6 bulan, setelah pasien di rawat.




B.   CONTOH KASUS
Sari mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Usia 22 tahun, Sari bingung dengan kebiasaan yang Sari lakukan tiga tahun belakangan ini. Sejak Sari usia 19 tahun dia merasa badannya terlalu gemuk dan makan terlalu banyak. Pada mulanya Sari mengikuti kontes "ratu-ratuan" di kampus, pada saat itu Sari tidak masuk nominasi. Teman-teman mengatakan bahwa Sari terlalu gemuk untuk menang, biarpun wajah dan postur tubuh Sari cukup mendukung. Semenjak itu kebiasaan makan Sari berubah. Sari makan sedikit sekali untuk mencapai berat badan ideal, bahkan sesekali saya tidak makan sama sekali seharian. Kebiasaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Teman-teman mengatakan bahwa Sari sudah kurus, tetapi tetap saja Sari tidak yakin dan masih terus mengurangi makan. Selama ini keadaan Sari terlihat baik-baik saja, tidak seorangpun mengetahui ketakutan Sari akan kegemukan. Orang tua Sari tidak mengetahui, karena selama kuliah Sari kost, dan pulang ke rumah seminggu sekali. Kekhawatiran Sari mulai timbul setelah selama dua bulan ini Sari tidak datang bulan, padahal Sari masih sendiri. Selain itu badan Sari terasa sangat lemas dan sudah beberapa hari tidak bisa buang air besar. Padahal sebelumnya bila tidak bisa buang air Sari biasa memakan obat pencahar agar bisa buang air besar. Tetapi sekarang biar sudah memakan obat pencahar tetap saja sulit. Sari ingin menanyakan sebenarnya dia ini kenapa, dan bagaimana mengatasinya. Sari berusaha meyakinkan diri bahwa Sari sehat, tetapi terasa ada yang salah dengan dirinya. Sari sering mendapat saran dari teman untuk tidak menurunkan berat badan lagi karena sudah sangat kurus. Tetapi setiap kali Sari makan, Sari berfikir dia akan gemuk dan itu sangat menakutkan bagi dirinya. Apa yang harus Sari lakukan?


C.    PEMBAHASAN
Dari kasus yang ada diatas, Sari mengalami anoreksia. Orang yang mengalami anoreksia atau lengkapnya anoreksia nervousa sangat ketakutan berat badannya berlebihan. Orang tersebut akan makan dalam jumlah sangat sedikit dan berolah raga secara berlebihan untuk menjaga tubuhnya agar tetap ideal. Biasanya penderita anoreksia nervousa mengalami tanda-tanda sebagai berikut:
1.      Menolak untuk mempertahankan berat badan dan cenderung selalu ingin tampil lebih kurus.
2.      Selalu takut berat badannya semakin naik, padahal dalam kenyataan berat badannya semakin kurus saja.
3.      Berhenti menstruasi tiga bulan berturut-turut atau lebih padahal dalam kondisi tidak hamil.
4.      Biasanya anoreksia diderita oleh remaja, namun dalam beberap kasus dijumpai pula pada anak usia 5 tahun dan ada pula pada usia lanjut yang berusia 60 tahunan.
Gejala anoreksia dapat bermacam-macam tergantung pada penderitannya. Penyakit ini dapat hilang-timbul, tiba-tiba membaik tetapi dapat muncul lebih buruk secara tiba-tiba pada penderita, bahkan semakin buruk tanpa ada kemungkinan membaik sama sekali.
Sistem penggolongan Multiaksial dari DSM-IV-TR
Axis I       : sari mengkonsumsi obat pencahar untuk melancarkan pencernaan
Axis II     : sari mengalami kecemasan yang berlebihan terhadap berat badan
Axis III    : -
Axis IV    : sari mengalami konflik dengan teman sebaya
Axis V     : 51-60

Penderita anoreksia beranggapan bahwa kulit dan daging tubuhnya sebagai lemak yang harus dilenyapkan. Dengan tidak adanya lemak ditubuh penderita, menyebabkan kegiatan duduk dan berbaring merupakan kegiatan yang tidak nyaman (karena terlalu kurus), penderita biasanya juga sulit untuk tidur. Selanjutnya penderita berangsur-angsur menarik diri dari teman dan keluarganya, ia lebih senang menyendiri. Penderita anoreksia seringkali mengalami penurunan tekanan darah, napas melemah, pada wanita dewasa menstruasi terhenti, pada anak wanita yang beranjak dewasa mungkin tidak akan mulai mengalami menstruasi sama sekali, kelenjar tiroid yang mengatur pertumbuhan berangsur-angsur menghilang. Kulit menjadi kering, rambut dan kuku menjadi rapuh dan mudah patah.
Seiring itu penderita sering mengeluh pusing (karena kerja kontraksi periodik dinding lambung dan gerakan menggiling makanan di usus terus terjadi dan bila terjadi berlarut dapat menyebabkan tukak lambung dan radang usus), kedinginan yang disebabkan hilangnya lemak tubuh, susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup), lemas (energi yang dihasilkan dari makanan), dan terjadi pembengkakan sendi. Scara alamiah pada saat itu juga banyak rambut tumbuh di permukaan tubuh termasuk di muka dan dengan perubahan kimia yang demikin dahsyat menyebabkan penderita mudah terserang sakit jantung.
Penderita seharusnya segera ditangani, bila sudah berlarut-larut lebih sulit untuk pulih dengan segera. Walau kondisi badan anda di cermin sudah demikian kurus tetap saja pikiran mengatakan bahwa masih gemuk. Hal ini memang cukup sulit untuk dipulihkan, apalagi hal ini telah terjadi dalam jangka waktu yang sudah cukup lama. Banyak penderita anoreksia yang dirawat dirumah sakit dalam kondisi yang sangat menyedihkan tubuhnya hanya tulang dibalut kulit, tetapi tetap saja ia merasa gemuk.
Dalam menangani permasalahan ini keluarga harus aktif membantu penderita agar penderita dapat pulih. Bantuan psikolog dan ahli gizi sangat diperlukan. Langkah awal yang harus Sari lakukan adalah mengkomunikasikan permasalahan yang dihadapi pada orang tua. Untuk sementara jangan tinggal dikost sampai kondisi pulih seperti semula. Sebaiknya perawatan/terapi dilakukan secara intensif dan dapat dilakukan di rumah, kurang lebih dalam waktu setahun. Tetapi bila kondisi sangat payah maka harus rawat inap di rumah sakit.
Pada langkah awal Sari harus menyadari bahwa kondisi tubuh sekarang ini sangat kurus dan yakinkan diri untuk menghilangkan perasaan takut gemuk dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri. Perhatikan tubuh di depan cermin, sadari benar bahwa tubuhmu memang sangat kurus. Keyakinan diri ini akan lebih kuat bila dibantu ahli permasalahan ini yaitu dokter atau psikolog. Segeralah beritahu keluarga dengan terus terang, agar mereka mendukung dan memberi support untuk dapat pulih seperti sedia kala. Konsultasikan secara berkala dengan psikolog, dan sangat disarankan untuk berkonsultasi juga dengan ahli gizi.
Bantuan ahli gizi sangat penting, mengigat kondisi Sari saat ini yang bisa dibilang cukup memprihatinkan. Ahli gizi tahu benar seberapa besar asupan yang dibutuhkann oleh penderita untuk dapat segera pulih kondisi kesehatannya. Langkah awal yang harus segera Sari lakukan adalah sesegera mungkin meminta bantuan dokter/psikolog.



D.   KESIMPULAN
Anoreksia dan Bullimia nervosa adalah suatu bentuk ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menolak untuk mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal menurut usia dan tinggi badan, dan mengalami gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri. Sehingga menimbulkan bermacam komplikasi yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu penderita anoreksia dan bullimia nervosa membutuhkan pengobatan medis dan psikis yang menyeluruh, yaitu perawatan di rumah sakit jika diperlukan, terapi individual serta keluarga.

E.   SARAN
Dari penjelasan makalah mengenai segala aspek tentang gangguan makan khususnya bulimia nervosa dan anoreksia nervosa yang dilengkapi dengan contoh kasus beserta penanganannya, kami memberikan beberapa saran yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi gangguan makan yang terjadi khususnya pada remaja, antara lain:
a.       Tingkatkan rasa percaya diri. Seseorang yang memiliki percaya diri tinggi akan menerima apa yang ada dalam diri mereka baik dari segi penampilan maupun postur tubuh.
b.      Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan media tentang bentuk dan berat badan ideal karena dapat menurunkan rasa percaya diri.
c.       Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan tetap terjalin komunikasi yang baik diantara keluarga dan teman. Apabila terjadi masalah segera ceritakan kepada orang terdekat.
d.      Rajin berkonsultasi pada dokter dan ahli gizi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar